LATAR RUMAH
pada mulanya adalah rumah.
sebelum ada rumah makan, rumah tahanan,
rumah ibadah, rumah tuhan dan lain-lain, rumah saja adalah yang duluan
ada. rumah adalah ibu dari semuanya itu tadi.
rumah adalah dunia ciptaan manusia. ia merupakan dunia kedua, alam kedua baginya.
manusia tidak bisa hidup di dunia pertama yang alamiah. ia bukan minthi atau meri yang begitu menetas bisa berlari dan nyari makan sendiri. manusia butuh waktu lama di rumahnya agar bisa mandiri.
rumah
manusia adalah produk budaya sebaik-baiknya. dan manusia tidak bisa
tinggal di luarnya. sementara dunia tempat ia ditempatkan di muka bumi
ini berbeda-beda: geologinya, iklimnya, kondisi tanahnya, dan berbagai
kondisi lain, maka rumah mereka pun -sebagai tanggapannya- juga
berbeda-beda dari satu ke lain daerah.
rumah
itu dibangun dari bumi sendiri untuk manusia yang mendapat inspirasi
dari akal budinya. rumah manusia adalah medium, yang berada di
tengah-tengah antara manusia dan alam serta manusia dengan yang ilahi.
secara fisik ia terbangun dari bahan-bahan lokalnya, tapi diatur oleh
budi luhur manusia penghuninya.
rumah jawa
adalah medium dalam alam jawa: yang lembab dan panas, yang udaranya
bertiup sepoi-sepoi saja. itu alam yang indah sekaligus mematikan.
orang
siapa pun tidak bisa tahan hidup di alam lembab, oleh sebab itu orang
jawa senang tinggal di halaman di luar bangunan. bahkan, rumahnya pun
pada dasarnya hanyalah tempat berteduh, yang hanya punya atap, sementara
dindingnya dibiarkan terbuka agar kelembaban udara pergi terusir angin
yang [sialnya] hanya semilir.
halaman tempat orang jawa senang tinggal itu disebut latar.
suatu teritori yang ditetapkan dengan memasang tanda-tanda batas, yang kelak akan diteguhkan dengan pagar. rumah orang jawa adalah halaman latar berikut bangunan tempat mereka berteduh.
fenomen ini dikenali juga oleh arsitek henri maclaine pont, yang kemudian menamai arsitektur dengan konsep ruang khas ini sebagai omwallingsarchitectuur: arsitektur halaman.
rumah jawa adalah latar dan bangunan peneduhnya. itu saja.
adapun
ornamen, ukiran-ukiran simbolik yang datang kemudian, itu hanya
tambahan yang menegaskan esensi latar dan bangunan peneduhnya.
menegakkan
tanda-tanda batas teritori latar adalah penyatakan kedaulatannya atas
ruang. oleh sebab itu pagar yang adalah visualisasi batas teritori tadi
amat politis. lihatlah, pagar-pagar orang jawa sering ditanami dengan
bunga melati. bunga kesayangan orang jawa ini meski pun bentuknya kecil
dan tidak indah tapi harumya menyebar jauh, melampaui batas-batas tempat
ia ditanam. dengan kata lain, pagar atau batas teritori fisik itu
diperluas sejauh bau harumnya terendus siapa saja.
latar
adalah juga medium. yang dibersihkan dari unsur-unsur alami yang tidak
perlu, dan diberi bentuk yang cocok dengan kebutuhan penghuninya. latar
adalah medium antara dunia luar dengan dunia dalam. terbuka bagi siapa
saja, tapi ada aturan yang ditegakkan di sana.
latar,
mungkin hanya berupa halaman kosong dengan pagar di tepi-tepinya. tapi
kekosongan yang penuh dengan isi. orang jawa, seperti halnya orang-orang
timur lainnya menghormati kekosongan seperti ini, yang diumpamakan
sebagai rahim.
ibu sebelum segala ada***
ibu sebelum segala ada***
Komentar
Posting Komentar