sandiwara
Adalah Neymar, pemain Brazil yang dalam Piala Dunia 2018
kemarin berhasil menjadi raja sandiwara lapangan. Ia pun rela beguling-guling
ke sana-kemari demi sebuah penalti. Tak ada sleding, tak ada tekling, tiba-tiba
ia terpelanting. Tapi sayangnya dia lupa satu hal : teknologi VAR yang maha
tahu, mulai diberlakukan. Aksi guling-gulingnya terekam puluhan kamera yang
bisa diputar ulang oleh juru pengadil. Aksi sandiwaranya terbongkar. Ia gagal
berakting menjadi sang kurban untuk mendapat belas kasihan. Lapangan hijau
memang bukan panggung sandiwara.
Memosisikan diri menjadi kurban memang strategi klasik yang
tengik. Pura-pura jatuh agar ditolong, pura-pura miskin agar diberi uang,
pura-pura dianiaya agar dibela, pura-pura sakit agar didoakan...
Sandiwara memang sebaiknya hanya ada di panggung hiburan. Kesalahan
manusia adalah menghadirkan sandiwara di lapangan hijau, di dunia politik, di
masyarakat, di Masjid, di Gereja... Antara yang baik dan yang jahat menjadi rancu. Antara yang benar-benar butuh ditolong dan pura-pura butuh ditolong hampir tak ada bedanya. Belajar dari mas Neymar, sandiwara itu
merusak keindahan. Kalau kalah ya kalah saja, tidak usaha pura-pura disakiti. Ntar
sakit sendiri lho...
Komentar
Posting Komentar