Permainan Dadu
![]() |
karya Puthut Santoso Nugroho |
Ketika menerima undangan bermain dadu dari Widura,
Yudhistira merasa gundah. Ia tahu ini adalah perangkap. Ia tahu ini adalah
skenario besar Kurawa untuk menyingkirkan dirinya dan adik-adiknya. Ia tahu ini
adalah buah hasutan Sengkuni. Permainan dadu bukanlah sekedar ramah tamah untuk
menjalin silaturahmi. Permainan dadu adalah awal dari bencana besar. Yudhistira
meminta tanggapan dari saudara-saudaranya. Mereka pun bimbang. Bahkan Werkudhara,
ksatria yang dikenal begitu pemberani dan liar itu seketika menjadi limbung. Ini
bukanlah permainan yang sederhana. Permainan ini sudah ditentukan sebelumnya siapa
yang menang dan siapa yang pecundang. Yudhistira
tersadar, ia tak bisa lagi menghindar. Ia sadar bukan hanya ia dan
saudara-saudaranya yang akan dipermalukan, tapi juga Drupadi. Kalau hanya ia
dan saudara-saudaranya yang dihina itu sudah menjadi makanan sehari-hari. Tapi apalah
jadinya kalau nanti Drupadi ikut merasakan kehinaan itu? Bisa saja ia melawan
untuk meraih kemenangan dalam permainan dadu nantinya. Tapi untuk apa? Ketika
menang untuk berkuasa, bukankah itu membuatnya tidak damai?
Dengan kepala tegak, Yudhistira mengajak saudara-saudaranya serta
Drupadi untuk melangkah menuju Hastina. Ia hanya bisa melakukan segala sesuatu
dengan ketulusan dan hati yang damai. Ia yakin ketulusan dan hati yang damai
akan menjadi kekuatan yang luar biasa. Bukanlah kekuasaan yang ia idam-idamkan.
Tapi ia hanya ingin merasakan kedamaian meskipun itu penuh dengan penderitaan. Di
dalam permaianan dadu nantinya akan dijumpai berbagai muslihat dan rencana
busuk. Akan banyak perkataan kotor yang terlontar memekakkan telinga. Hinaan,
cacian, cemoohan, hoax... membalasnya hanya membuat hati terimbas kotoran.
Dan benar saja... Permainan dadu adalah panggung para Kurawa
memecundangi Pandawa. Mereka yang haus kekuasaan menari-nari penuh kegilaan. Tarian
itu tarian setan. Seperti segerombolan rampok berjoged di lokalisasi kelas teri.
Tarian penuh nafsu. Tarian kepalsuan. Di balik tarian itu sebenarnya mereka
merasakan sebuah ketakutan yang sangat besar! Mereka menyembunyikan ketakutan
itu dengan berpura-pura menang dalam pesta. Mereka tahu kelak mereka akan kalah.
Mereka tahu siapa itu Pandawa dan mereka sadar, mustahil mengalahkan Pandawa. Mereka
sembunyikan ketakutan besar itu dengan tawa menggelegar. Tawa yang ganjil. Tawa
yang penuh dengan ketakutan.
Yudhistira tertunduk bersama-sama dengan adik-adiknya serta
Drupadi. Mereka mencoba mencari kedamaian hati dan ketenangan jiwa. Di dalam
ketelanjangan yang hina, mereka mencoba membasuh luka batin dengan sebuah pengampunan.
Komentar
Posting Komentar