Sang Penyapa Mentari Berpulang
Banyak yang menanyakan keadilan Tuhan ketika John Lennon, Jimi Hendrix, Kurt Cobain, Nike Ardila, Mike Mohede, hingga Julia
Perez meninggal di usianya yang masih muda. Kenapa mereka harus berhenti berkarya di usia
emas? Kenapa bukan mereka yang sudah tidak produktif saja yang dipanggil Tuhan?
Tubuh memang bisa menua dan mati, tapi karya itu abadi. Andaikan
John Lennon meninggal di usia 80 tahun pun, lagu Imagine tidak akan pernah berubah keindahannya. Yesus meskipun
meninggal di usia yang muda, tapi Ia telah menorehkan ajaran kasih yang melekat
abadi dalam kehidupan manusia. Usia itu hanyalah ukuran berapa lama kita
tinggal di dunia saja. Yang jauh lebih penting dari usia adalah karya!
Pendeta Firdaus Tjahjanto Kurniawan yang telah berpulang di usia muda,
menitipkan semangat pelayanan yang luar biasa bagi kita. Beliau mendobrak
kekakuan citra pendeta. Pendeta itu bukan dikenal dari pakaian, kolar dan toganya. Pendeta itu dikenal dari ide, omongan dan kelakuannya! Dalam renungan harian Sapa Mentari-nya, Mas Firdaus
berkarya secara lugas dan tegas. Dari judulnya saja menunjukkan betapa
garangnya renungan yang beliau tulis. Lha mentari kok disapa? Tapi justru
dengan menyapa mentari, kita berani menghadapi silau dan panasnya. Banyak yang
justru menghindari mentari karena panasnya. Katanya takut kulitnya nanti
hitam... Tapi tidak tidak bagi Mas Firdaus. Ia justru menatap dan menyapa
mentari dengan senandung alunan lagu "Srengenge Nyunar Kanthi Mulya!!!” Inilah karya yang harus terus kita
hidupi. Karya mewujudkan revolusi citra pelayan yang berani menyapa mentari
sekalipun itu silau dan panas.
Selamat jalan, Sang Penyapa Mentari
Apik
BalasHapus👍👍
BalasHapusKangen
BalasHapus