Menghargai Makanan (bacaan harian : Markus 8 : 1 - 10)
Beberapa rumah makan di negara maju telah mulai
memberlakukan aturan pemberian denda bagi pengunjung yang tidak menghabiskan
makanan yang dipesannya. Aturan itu mengajak pengunjung untuk bijak dalam memesan
makanan. Kalau sekiranya tidak mampu menghabiskan ya jangan memesan berlebihan!
Dengan demikian kita bisa belajar untuk menghargai makanan. Masih banyak orang
yang kekurangan makanan! Oleh karenanya jangan pernah membuang sisa.
Aturan itu saya rasa akan sulit diterapkan di Indonesia. Pada
saat pesta pernikahan, seringkali terlihat banyak makanan yang terbuang begitu
saja. Ya beginilah negara kita yang terkesan kurang menghargai makanan sebagai
berkat Tuhan. Bahkan ada pula yang memiliki kebiasaan mencicipi dulu makanan
yang akan dimakan. Kalau cocok di lidah dimakan, kalau tidak ya langsung
dibuang.
Cobalah kita menghayati betapa banyaknya pengorbanan yang
dibutuhkan untuk setiap suap makanan kita. Petani, nelayan, peternak,
mengusahakan bahan mentah mulai dari padi, ikan, telur, ayam, kedelai... Mereka
bekerja dengan keringat untuk mengupayakan bahan makanan tersebut.
Bahan-bahan
tersebut mengalami perjalanan yang panjang dari pdagang satu ke pedagang yang
lain. Belum lagi kalau kita mengingat mereka yang mengolahnya, memasaknya, meraciknya
hingga siap untuk disantap. Makanan adalah karya seni yang seharusnya dihargai.
Almarhum Pak Bondan selalu memberikan apresiasi terhadap makan yang ia santap,
mulai dari mak nyuss... top markotop... istimewa... hingga mak legender....
Makanan pun membutuhkan apresiasi karena ia adalah sebuah karya.
Ketika memberi makan banyak orang (versi Markus 4.000 orang),
Yesus melihat dengan iba para pengikutnya yang belum makan (bahkan disebutkan
sampai tiga hari!). Dengan tujuh roti dan ikan yang dikumpulkan murid-Nya,
Yesuspun mengucap berkat, memecah-macahkan, dan membagikan kepada orang banyak
hingga mereka kenyang. Ternyata setelah mereka kenyang masih ada sisa tujuh
bakul! Tidak dijelaskan bagaimana kelanjutan kisah tujuh bakul makanan yang tersisa
di dalam perikop ini karena setelah peristiwa itu dikisahkan mereka pulang dan
Yesus melanjutkan perjalanan dengan para murid. Tetapi dengan mengumpulkan sisa
makanan, saya melihat ada sebuah penghargaan terhadap sisa makanan tersebut. Setelah
kenyang, mereka tidak membuang dan menyia-nyiakan sisanya, tetapi
mengumpulkannya. Mereka menyadari makanan yang mereka terima adalah wujud kasih
Yesus. Makanan itu adalah berkat! Makanan itu adalah karya yang harus dihargai.
Oleh karenanya merekapun mengumpulkan sisanya.
Alangkah bijaknya kalau kita pun juga belajar menghargai
makanan dengan tidak membuangnya. Makanan adalah karya dan berkat yang harus
kita hargai! (dpp)
Komentar
Posting Komentar