nasib anak kost
Siapa sangka Soekarno, Semaun, Alimin, Darsono, Tan Malaka, Musso, Kartosoewirjo, dan tokoh-tokoh penting lain pernah
tinggal bersama dalam satu rumah sebagai anak-anak kost? Ya, masa muda mereka
pernah hidup bersama dan bernaung di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang
pada waktu itu memang membuka rumahnya sebagai tempat untuk kost. Rumah yang
terletak di jalan Peneleh 7 Surabaya tersebut adalah saksi bisu tumbuhnya para
tokoh luar biasa di negeri ini. Banyak yang menduga, di dalam rumah inilah para tokoh tersebut membangun ideologinya. Sumber-sumber bacaan dari paham kiri
hingga kanan, semuanya dapat dijumpai di rumah ini. Uniknya, meskipun hidup
bersama-sama (sebagian besar adalah mahasiswa), tetapi ideologi mereka bisa
sangat berbeda dan tak jarang bertolak
belakang. Dari rumah Tjokroaminoto inilah muncul warna-warni ideologi yang
tumbuh di Nusantara melalui mereka yang hidup bersama sebagai anak kost.
Hidup sebagai
anak kost memang memiliki keunikan terendiri. Kost biasanya hanya berupa
sepetak kamar yang tidaklah luas. Hanya bisa untuk tidur, membaca, makan, dan
menjalankan aktifias yang sederhana lainnya. Kost putra biasanya kamar mandi
terletak di luar kamar. Hidup sebagai anak kost mau tidak mau harus
berinteraksi dengan anak kost yang lain. Dari interaksi inilah seringkali
terjadi pinjam-meminjam. Uang, rokok, buku, kaset, gula, kopi, indomi, setrika, helm,
piring, gelas... Siapa yang tidak mau memberikan pinjaman, biasanya akan
dikucilkan. Yang menarik, kost ternyata bukan hanya tempat berteduh semata. Ada
ruang bersama yang biasanya menjadi tempat anak kost nongkrong, menghisap rokok
bersama, ngopi bersama, nyanyi sembari bergitar, dan ngobrol-ngobrol tentang
apapun untuk mengisi waktu luang. Suasana rumaket inilah yang tak akan terlupakan
sampai kapanpun.
Melalui hidup
bersama di kost, ada banyak pelajaran dan pengalaman yang diserap. Melalui hidup
bersama di kost sebenarnya tanpa disadari ada pembentukan ideologi yang mulai
ditanam dan berakar. Banyak yang menduga bahwa Musso itu berjumpa dengan ideologi
komunis di kost-kostannya Tjokroaminoto! Melalui interaksi, melalui buku yang
dipinjam, melalui sharing, melalui waktu nongkrong... semuanya bisa mempengaruhi
dan membangun ideologi kita. Ada yang mengatakan bahwa tempat mahasiswa itu
belajar sesungguhnya bukan di kampus, tetapi di kost. Sungguh menyenangkan
ketika di kost kita bertemu orang-orang yang hebat. Kita bisa mendengar banyak
kisah yang memperkaya wawasan. Kita pun bisa membagi apa yang kita miliki untuk
memperkaya yang lain.
Saat yang terberat
adalah saat berkemas dan meninggalkan kost. Saat itulah kita harus berpisah
dengan suasana yang akan selalu kita rindukan. Saat perpisahan itulah, saat
dimana kita harus mulai mengembangkan “ilmu” yang kita dapat di dalam kost
menjadi sesuatu yang besar dan berharga di luar sana. Demikianlah nasib anak
kost... Nasib di mana kita berjumpa dengan banyak ide dan gagasan. Nasib yang menuntun
kita untuk memilih jalan mana yang harus ditempuh. (dpp)
Komentar
Posting Komentar