Semut Hitam
Pagi ini saya dikejutkan dengan lagu Semut Hitam yang
mengalun dari radio. Entah dhemit apa yang merasuki penyiar radio swasta di
Klaten itu sehingga tiba-tiba saja memutar lagu keramat yang telah di-peti
es-kan begitu lama. Inilah lagu yang paling populer dari Godbless. Mendengar kata
Godbless, pastilah terngiang lagu ini. Semut hitam... semut hitam... kiri
kanan... maju jalan...
Ada cerita dibalik album Semut Hitam yang diluncurkan tahun
1988 ini. Inilah album ketiga Godbless. Sebelumnya Godbless menerbitkan album
Cermin di tahun 1982. Album Cermin inilah yang menjadi masalah. Album Cermin
sangatlah idealis. Masing-masing personel begitu ambisius pamer skill dalam
bermusik. Ribet. Tidak nyaman dan aman untuk dinikmati orang awam musik. Sebut saja
lagu Anak Adam yang hampir 12 menit panjangnya, sangat bertele-tele. Juga lagu
Musisi yang isinya gedubrak-gedubrak, nguik-nguik, nggak begitu jelas. Bahkan lagu
yang nge-pop, Balada Sejuta Wajah pun terdengar sangat ganjil dengan adanya
paduan suara dan orkestra di dalamnya.
Akibatnya? Album Cermin jeblok di pasaran. Jualan mereka
tidak laku. Album ini dianggap melawan arus. Terlalu semau gue... Gagalnya album ini di pasaran membuat para personel
Godbless undur sejenak dari dunia musik. Dan korbannya adalah Abadi Soesman
sang keyboardist. Ia merasa jebloknya album Cermin adalah karena dirinya
terlalu banyak bereksperimen. Terlalu neko-neko.
Abadi pun memutuskan keluar.
Enam tahun kemudian, Log Zhelebour, produser musik yang
tertarik kepada Godbless, memberikan dukungan dan semangat agar Godbless mau
masuk dapur rekaman lagi. Sangat sayang, skill dan kemampuan personel Godbless
hanya menghasilkan dua album saja. Bujukan Log ternyata sukses. Godbless memanggil
keyboardist pertama mereka, Jocky Surjoprajoga, untuk bergabung kembali. Di album
ketiga ini, Godbless menurunkan egonya. Mereka tak lagi menggeber idealisme. Tak
lagi semau gue. Ada kalanya berkompromi
dengan pasar. Menciptkan lagu-lagu yang bisa ‘nyanthel’ di kuping pendengar. Menciptakan tema-tema yang
sederhana. Jadilah album Semut Hitam dengan lagu andalan, Semut Hitam. Lagu
yang begitu mudah dihapal karena liriknya sederhana, melodinya tidak ribet, meskipun
tak mengurangi kerasnya musik rock.
Album Semut Hitam sukses total! Jualan Godbless laris manis
di pasaran. Lagu Semut Hitam menjadi lagu yang akan selalu dikenang. Ngono ya ngono ning aja ngono. Demikianlah
orang Jawa memaknai kehidupan. Idealis boleh-boleh saja, tapi juga harus
melihat kiri-kanan. Apakah ide kita itu laku apa tidak, atau justru menjadi
batu sandungan. Mengikuti selera pasar sih oke-oke saja, tapi harus tetap punya
idealis. Identitas diri.
Dalam hidup beragama, kemampuan untuk menjaga idealisme dan
selera pasar ini sangat diperlukan. Ibadah itu bukan hanya idealisme semata
antara umat dengan Tuhan. Ibadah juga harus melihat pasar. Trend apa yang
sedang digemari. Bolehlah sesekali mengadaptasi trend pasar dalam menciptakan
ibadah. Tapi juga jangan kemudian begitu saja mengikuti arus pasar tanpa
memiliki jangkar. Ngeli ning ora keli, ngatut
ning ora katut. Seperti halnya Semut Hitam, musik yang keras tapi bisa
diterima dan dinyanyikan semua orang. Semut hitam.... Semut hitam.... Maju
jalan!!! (dpp)
Komentar
Posting Komentar