sembahyang keluarga
Ada tiga ring pemujaan yang dilakukan oleh umat Hindu. Ring yang
pertama adalah pemujaan terhadap dewa kota/desa yang bernama dewa Gramadewata. Setiap
kota/desa pastilah ada pura besar tempat umat berkumpul dan menghayati ibadah
di hari suci. Ring yang kedua adalah pemujaan terhadap dewa keluarga yang
bernama dewa Kuladewata. Di setiap rumah keluarga Hindu pastilah memiliki pura
di pelatarannya. Di pura inilah setiap hari keluarga berkumpul dan melakukan
pemujaan. Setiap pagi dan petang masing-masing keluarga mewujudkan puja dan
puji syukur sebagai wujud hormat kepada sang dewa. Ring yang ketiga adalah
pemujaan terhadap dewa pribadi yang bernama dewa Istadewata. Pemujaan ini dilakukan
di dalam kamar secara pribadi dengan sarana patung kecil, baik yang permanen
atau portable.
Tak jauh dari umat Hindu, sebenarnya kebutuhan perjumpaan
dengan Sang Maha Cinta pun juga diperlukan bagi gereja Protestan. Pemujaan di ring
pertama terwujud melalui ibadah Mingguan, di mana umat di satu wilayah desa
atau kota bersekutu dan berbakti. Pemujaan ring kedua terwujud di dalam
persekutuan keluarga. Inilah yang sangat jarang dijumpai. Kenapa demikian? Karena
tidak ada sarananya. Pura yang dibangun di pelataran rumah keluarga Hindu akan
selalu memanggil umat untuk bersekutu di dalam persekutuan keluarga. Sedangkan keluarga
Kristen tidak memiliki sarana ini. Tidak ada yang memanggil untuk bersekutu. Dan
di dalam ring ketiga, terwujud dengan adanya doa pribadi. Persekutuan pribadi
ini sudah sangat lumrah dilakukan umat, dengan berbagai caranya masing-masing.
Kekosongan di ring kedua inilah yang seharusnya digumulkan
bersama. Membangun persekutuan keluarga. Keluarga Kristen terlalu sibuk dengan
urusannya sendiri-sendiri. Dari pagi hingga malam tidak ada waktu khusus untuk
berdoa bersama – karena tidak adanya “panggilan”. Akibatnya adalah pengajaran
iman Kristen yang akhirnya terhenti di dalam keluarga. Umat Yahudi – nenek moyang
umat Kristen - sangatlah memperhatikan
penyembahan di lingkup keluarga. Mereka membangun iman berbasis keluarga! Tetapi
bagaimana dengan Protestan? Meskipun sudah ada masa penghayatan hidup
berkeluarga atau bulan keluarga, apakah itu sudah menyentuh dan mengajak
masing-masing keluarga untuk mewujudkan persekutuan? Sepertinya belum sampai ke
situ, dan hanyalah rutinitas tahunan semata...
Tiap-tiap keluarga Kristen butuh ruang untuk bersekutu dan
sembahyang. Ruang khusus. Ruang kudus. Ruang yang senantiasa memanggil untuk
menghayati keintiman dengan Sang Maha Cinta. Sudahkah tercipta ruang kudus itu? (dpp)
Komentar
Posting Komentar