main air
Air adalah kehidupan. Manusia lahir dari setetes air. Banyak
yang menyebut dengan air mani. Orang Jawa menyebutnya dengan pejuh. Hanya setetes
saja sudah cukup untuk membentuk kehidupan. Tanpa kita sadari, dua per tiga
tubuh manusia adalah air. Kita ini sebenarnya air yang dibungkus kulit. Setiap berjumpa
dengan air, kita seolah bercermin. Ada rasa bahagia terbersit ketika menjumpai
air yang jernih. Rasanya begitu tenang. Suci. Damai. Tapi ada kalanya kita
berjumpa air yang keruh. Jiwa kita ikut terusik. Rasanya tidak nyaman
melihatnya. Air keruh itu…. Mungkin saja adalah diri kita sendiri. Begitu kotor,
penuh dosa.
Gereja memanfaatkan air sebagai sarana baptisan. Mandi suci.
Dengan air, manusia menjadi bersih kembali. Umat Muslim pun menggunakan air
untuk sesuci sebelum sholat. Menghadap Allah dibutuhkan tubuh yang bersih, hati
yang damai, dan batin yang tenang. Airlah yang menyegarkan semuanya. Budaya
Jawa pun mengenal siraman. Baik itu saat mitoni ataupun sebelum midodareni. Air
yang digunakan bukan air sembarang air, tetapi air dari tujuh mata air yang
berbeda. Tujuh. Pitu. Katanya agar senantiasa mendapatkan Pitulungan dari Hyang
Widi. Juga laku kungkum dan padusan. Merendam raga ke dalam air, seperti halnya
mengingat saat berada di dalam rahim, manusia menari bebas di air ketuban. Air
adalah kehidupan. Tanpa air manusia tidak mengenal penciptanya. Tanpa air,
manusia bukanlah manusia.
Sebuah produk air minum membuat iklan yang menggambarkan air
yang diminum akan meningkatkan konsentrasi. Saat kekurangan air, manusia
kehilangan akalnya. Kacau. Narji masak dikiranya Sandy Sandoro? Sampai-sampai si
cantik Cinta pun kacau, tidak bisa membedakan mana Rangga, mana orang lewat! Sayang
memang, air sudah menjadi barang dagangan. Sama seperti kehidupan kita yang
juga sudah menjadi barang dagangan – tanpa kita sadari.
Hari Sabat ini kami sekeluarga bermain air ke kolam renang.
Bukan untuk padusan, laku kungkum, ataupun baptis selam berjamaah. Kami hanya bermain air saja. Ciblon. Tapi
dalam bermain air itulah kami mengingat dan menghayati bawa manusia berasal
dari setetes air saja. Tanpa air, manusia bukanlah manusia. (dpp)
Komentar
Posting Komentar